Assalamu'alaikum, Ahlan wa Sahlan di Blog Islami, Doa Dalam Al-Qur'an Lengkap, Doa-doa Mustajab Lengkap, Doa Islami, Sholawat Lengkap, Tuntunan Sholat, Kisah Islami, Kajian Hadist dan Renungan, InsyaAllah Bermanfaat...Aamiin. Jazzakumullah

KEUTAMAAN HARI JUMAT

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM


Hari Jumat adalah hari yang mulia, 
dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. 
Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk 
Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya msenyambut hari tersebut agar amal 
kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala

Keutamaan Hari Jum’at

1. Hari paling utama di dunia
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَفِيْهِ أُخْرِجَ مِنْهَا، وَلاَ تَقَوْمُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَة 
.
“Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at; pada hari ini Adam diciptakan, 
pada hari ini (Adam Alaihissalam) dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari ini pula ia 
dikeluarkan dari surga. Dan tidaklah kiamat akan terjadi kecuali pada hari ini.
[HR Muslim, no. 854]

Dalam riwayat Aus bin Aus Radhiyallahu ‘anhu dengan lafal:

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ قُبِضَ، وَفِيْهِ النَّفْخَةُ، وَفِيْهِ الصَّعِقَةُ …….

“Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari Jum’at ; pada hari ini Adam 
Alaihissalam diciptakan, pada hari ini pula ia dimatikan, pada hari ini ditiupkan sangkakala 
(tanda kiamat), dan pada hari ini pula hari kebangkitan”
[HR Abu Dawud, no. 1047; An Nasa’I, no. 1374 dan Ibnu Majah, no. 1085]


2. Hari bagi kaum muslimin
Hari jum’at adalah hari berkumpulnya umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam 
dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya 
mendengarkan dua khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa 
dan nasehat-nasehat, serta do’a.
Dari Kuzhaifah dan Rabi’i bin Harrasy radhiyallahu ‘anhuma bahwa 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَضَلَّ اللهُ عَنِ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا، فَكَانَ لِلْيَهُوْدِ يَوْمُ السَّبْتِ وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ اْلأَحَدِ

Allah telah menyesatkan orang-orang sebelum kita dari hari Jum’at, 
maka umat Yahudi memperoleh hari Sabtu, umat Nasrani memperoleh hari Ahad.

فَجَاءَ اللهُ بِنَا فَهَدَانَا اللهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ فَجَعَلَ الْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ وَاْلأَحَدَ، وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

. Lalu Allah mendatangkan kita dan memberi kita hidayah untuk memperoleh hari Jum’at. 
Maka Allah menjadikan hari Jum’at, Sabtu dan Ahad, dan mereka (umat sebelum kita) 
berada di belakang kita pada hari kiamat.

نَحْنُ اْلآخِرُوْنَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا وَاْلأَوَّلُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمَقْضِيَّ لَهُمْ قَبْلَ الْخَلاَئِقِ.

Kita datang paling akhir di dunia, tetapi paling awal datang di hari kiamat 
yang telah ditetapkan untuk mereka sebelum diciptakan seluruh makhluk”
[HR Muslim, no. 856]

Bahkan hari jum’at adalah hari rayanya kaum muslimiin!

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ، إِنَّ هَذَا يَوْمٌ جَعَلَهُ اللَّهُ لَكُمْ عِيدًا، فَاغْتَسِلُوا، وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ

“Wahai kaum muslimin, sesungguhnya saat ini (yaitu hari jum’at) adalah hari yang dijadikan 
oleh Allah sebagai hari raya untuk kalian. Maka mandilah dan hendaklah kalian bersiwak”
(HR Thabraniy dalam Mu’jam Ash-Shaghir, dan dinilai shahiih oleh Syaikh Al-Albani)

Dari Anas bin Maalik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, bahwa 
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أَتَانِي جِبْرِيلُ وَفِي يَدِهِ كَالْمِرْآةِ الْبَيْضَاءِ فِيهَا كَالنُّكْتَةِ السَّوْدَاءِ

Jibril pernah mendatangiku, dan di tangannya ada sesuatu seperti kaca putih. 
Di dalam kaca itu, ada titik hitam.

فَقُلْتُ : يَا جِبْرِيلُ مَا هَذِهِ ؟ ، قَالَ : هَذِهِ الْجُمُعَةُ

Aku pun bertanya, “Wahai Jibril, ini apa?” Beliau menjawab, 
“Ini hari Jumat.”

قال : قُلْتُ : وَمَا الْجُمُعَةُ ؟ ، قَالَ : لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ

Saya bertanya lagi, “Apa maksudnya hari Jumat?” Jibril mengatakan, 
“Kalian mendapatkan kebaikan di dalamnya.”

قَالَ : قُلْتُ : وَمَا لَنَا فِيهَا ؟ ، قَالَ : يَكُونُ عِيدًا لَكَ وَلِقَوْمِكَ مِنْ بَعْدِكَ ، وَيَكُونُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى تَبَعًا لَكَ

Saya bertanya, “Apa yang kami peroleh di hari Jumat?” Beliau menjawab, 
“Hari jumat menjadi hari raya bagimu dan bagi kaummu setelahmu. Sementara, 
orang Yahudi dan Nasrani mengikutimu (hari raya Sabtu–Ahad).”

قَالَ : قُلْتُ : وَمَا لَنَا فِيهَا ؟ ، قَالَ : لَكُمْ فِيهَا سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا شَيْئًا مِنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ هُوَ لَهُ قَسْمٌ إلَّا أَعْطَاهُ إيَّاهُ ، أَوْ لَيْسَ لَهُ بِقَسْمٍ إلَّا ادَّخَرَ لَهُ عِنْدَهُ مَا هُوَ أَفْضَلُ مِنْهُ ، أَوْ يَتَعَوَّذُ بِهِ مِنْ شَرٍّ هُوَ عَلَيْهِ مَكْتُوبٌ إلَّا صَرَفَ عَنْهُ مِنَ الْبَلَاءِ مَا هُوَ أَعْظَمُ مِنْهُ

Aku bertanya, “Apa lagi yang kami peroleh di hari Jumat?” 
Beliau menjawab, “Di dalamnya, ada satu kesempatan waktu; 
jika ada seorang hamba muslim berdoa bertepatan dengan waktu tersebut, 
untuk urusan dunia serta akhiratnya, dan itu menjadi jatahnya di dunia, 
maka pasti Allah kabulkan doanya. Jika itu bukan jatahnya maka Allah simpan untuknya 
dengan wujud yang lebih baik dari perkara yang dia minta, atau dia dilindungi dan 
dihindarkan dari keburukan yang ditakdirkan untuk menimpanya, 
yang nilainya lebih besar dibandingkan doanya.”

قَالَ : قُلْتُ لَهُ : وَمَا هَذِهِ النُّكْتَةُ فِيهَا ، قَالَ : هِيَ السَّاعَةُ وَهِيَ تَقُومُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَهُوَ عِنْدَنَا سَيِّدُ الْأَيَّامِ الَّتِي اخْتَارَهَا ، وَنَحْنُ نَدْعُوهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَوْمَ الْمَزِيدِ

Aku bertanya lagi, “Apa titik hitam ini?” Jibril menjawab, 
“Ini adalah kiamat, yang akan terjadi di hari Jumat. Hari ini merupakan pemimpin hari yang lain menurut kami. Kami menyebutnya sebagai “yaumul mazid”, hari tambahan pada hari kiamat.”

قَالَ : قُلْتُ : مِمَّ ذَاكَ ؟

Aku bertanya, “Apa sebabnya?”

قَالَ : لِأَنَّ رَبَّكَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى اتَّخَذَ فِي الْجَنَّةِ وَادِيًا مِنْ مِسْكٍ أَبْيَضَ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ هَبَطَ مِنْ عِلِّيِّينَ عَلَى كُرْسِيِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ثُمَّ حُفَّ الْكُرْسِيُّ بِمَنَابِرَ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّلَةٍ بِالْجَوَاهِرِ

Jibril menjawab, “Karena Rabbmu, Allah, menjadikan satu lembah dari minyak wangi putih. 
Apabila hari Jumat datang, Dia Dzat yang Mahasuci turun dari illiyin di atas kursi-Nya. 
Kemudian, kursi itu dikelilingi emas yang dihiasi dengan berbagai perhiasan.

ثُمَّ يَجِيءُ النَّبِيُّونَ حَتَّى يَجْلِسُوا عَلَيْهَا وَيَنْزِلُ أَهْلُ الْغُرَفِ حَتَّى يَجْلِسُوا عَلَى ذَلِكَ الْكَثِيبِ

Kemudian, datanglah para nabi, dan mereka duduk di atas mimbar tersebut. 
Kemudian, datanglah para penghuni surga dari kamar mereka, lalu duduk di atas bukit pasir.

ثُمَّ يَتَجَلَّى لَهُمْ رَبُّهُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، ثُمَّ يَقُولُ : سَلُونِي أُعْطِكُمْ ، قَالَ : فَيَسْأَلُونَهُ الرِّضَا ، فَيَقُولُ : رِضَائِي أُحِلُّكُمْ دَارِي وَأُنِيلُكُمْ كَرَامَتِي فَسَلُونِي أُعْطِكُمْ ، قَالَ : فَيَسْأَلُونَهُ الرِّضَا ، قَالَ : فَيُشْهِدُهُمْ أَنَّهُ قَدْ رَضِيَ عَنْهُمْ

Kemudian, Rabbmu, Allah, Dzat yang Mahasuci lagi Mahatinggi, 
menampakkan diri-Nya kepada mereka, dan berfirman, 
“Mintalah, pasti Aku beri kalian!” Maka mereka meminta ridha-Nya. Allah pun berfirman,
 “Ridha-Ku adalah Aku halalkan untuk kalian rumah-Ku, dan Aku jadikan kalian berkumpul di kursi-kursi-Ku. Karena itu, mintalah, pasti Aku beri!” Mereka pun meminta kepada-Nya. 
Kemudian Allah bersaksi kepada mereka bahwa Allah telah meridhai mereka.

قَالَ : فَيُفْتَحُ لَهُمْ مَا لَمْ تَرَ عَيْنٌ ، وَلَمْ تَسْمَعْ أُذُنٌ ، وَلَمْ يَخْطُرْ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، قَالَ : وَذَلِكُمْ مِقْدَارُ انْصِرَافِكُمْ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ

Akhirnya, dibukakanlah sesuatu untuk mereka, yang belum pernah dilihat mata, 
belum pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati seseorang. Dan itu terjadi selama kegiatan kalian di hari jumat

ثُمَّ يَصْعَدُ عَلَى كُرْسِيِّهِ ، وَيَصْعَدُ مَعَهُ الصِّدِّيقُونَ وَالشُّهَدَاءُ ، وَيَرْجِعُ أَهْلُ الْغُرَفِ إِلَى غُرَفِهِمْ دُرَّةٌ بَيْضَاءُ لا فَصْمٌ فِيهِ وَلا نَظْمٌ ، أَوْ يَاقُوتَةٌ حَمْرَاءُ ، أَوْ زَبَرْجَدَةٌ خَضَرَاءُ فِيهَا غُرَفُهَا وَأَبْوَابُهَا ، مُطَّرِدَةٌ فِيهَا أَنْهَارُهَا ، مُتَذَلِّلَةٌ فِيهَا أَثْمَارُهَا ، فِيهَا أَزْوَاجُهَا وَخَدَمُهَا

Kemudian (Allah) naik ke atas kursiNya, lalu naiklah para syuhadaa’ dan shiddiqin. 
dan para penghuni kamar-kamar surga kembali ke kamar-kamar mereka yang terbuat 
dari mutiara putih, tanpa ada keretakan dan aib, atau dari permata yaqut merah atay zamrud hijau. 
Kamar dan pintunya terbuat darinya. Sungai-sungai tak henti-hentinya mengalir 
dan buah-buahannya bergelatungan, dan didalamnya terdapat para istri dan pelayang.

قَالَ : فَلَيْسُوا إلَى شَيْءٍ أَحْوَجَ مِنْهُمْ إلَى يَوْمِ الْجُمُعَةِ لِيَزْدَادُوا إلَى رَبِّهِمْ نَظَرًا ، وَلِيَزْدَادُوا مِنْهُ كَرَامَةً

sehingga tidak ada yang lebih mereka nantikan, melebihi hari Jumat, 
agar mereka bisa semakin sering melihat Rabb mereka dan mendapatkan tambahan 
kenikmatan dari-Nya
(H.r. Ibnu Abi Syaibah, Thabrani dalam Al-Ausath, Abu Ya’la dalam Al-Musnad, dikatakan syaikh al-albaaniy sanadnya “hasan li ghayrihi” dalam Shahiih at targhiib wat tarhiib no. 3761)


3. Shalat paling utama disisi Allah adalah shalat shubuh di hari jum’at dengan berjama’ah

إن أفضل الصلاة عند الله صلاة الصبح يوم الجمعة في جماعة.

“Sesungguhnya seafdhal-afdhal shalat disisi Allah, adalah shalat shubuh di hari jum’at 
dengan berjama’ah”
(HR Abu Nu’aym, dishahihkan al Albani rahimahullah dalam Silsilatul Ahaadits Shahiihah, 
no.1566 (4/91) dan Shahiih Jaami’ ash-Shaghir no.1999.)


4. Waktu yang mustajab untuk berdo’a ada pada hari jum’at
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 
menyebut hari jum’at lalu beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّيْ يَسْأَلُ اللهَ خَيْراً إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، قَالَ: وَهِيَ سَاعَةٌ خَفِيْفَةٌ.

“Di hari jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya 
dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.”
Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.
(HR. Bukhari Muslim)

Namun mengenai penentuan waktu, para ulama berselisih pendapat. 
Diantara pendapat-pendapat tersebut ada 2 pendapat yang paling kuat:

a. Waktu itu dimulai dari duduknya imam sampai pelaksanaan shalat jum’at
Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa 
‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata padanya,
“Apakah engkau telah mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah 
sehubungan dengan waktu ijaabah pada hari jum’at?”
Lalu Abu Burdah mengatakan,
“Aku mendengar Rasulullah bersabda,
‘Yaitu waktu antara duduknya imam sampai shalat dilaksanakan.’”
(HR. Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat di atas. 
Sedangkan Imam As-Suyuthi rahimahullah menentukan waktu yang dimaksud adalah 
ketika shalat didirikan.

b. Batas akhir dari waktu tersebut hingga setelah ‘ashar
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئاً إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ، فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.

“Hari jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslimpun yang memohon sesuatu kepada 
Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat 
(ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘ashar.”
(HR. Abu Dawud)

Dan yang menguatkan pendapat kedua ini adalah Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, 
beliau mengatakn bahwa,
“Ini adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan generasi salaf dan b
anyak sekali hadits-hadits mengenainya.”


5. Dosa-dosanya diampuni antara jum’at tersebut dengan jum’at sebelumnya
Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:

“Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci semampunya, 
berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, 
kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang 
(yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, 
lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni 
(dosa-dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at berikutnya.”
(HR. Bukhari)

Adab hari jum’at sesuai sunnah Råsulullåh ()

Berikut ini beberapa adab yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan 
syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jumat.

0 Response to "KEUTAMAAN HARI JUMAT"

Post a Comment