SHOLAWAT AZHIMIYYAH
ALLAAHUMMA INNII
AS ‘ALUKA BI NUURI WAJHILLAAHIL ‘AZHIIM.
WA QOOMAT BIHII ‘AWAALIMULLAHIL
‘AZHIIM. ANTUSHOLLIYA ‘ALAA MAWLAANAA MUHAMMADIN DZIL QODRIL ‘AZHIIM.
WA ‘ALAA
AALI NABIYYILLAHIL ‘AZHIIM. BIQODRI ‘AZHOMATI
DZAATILLAHIL ‘AZHIIM. FII KULLI
LAMHATIW WANAFASIN
‘ADADAMA FII ‘ILMILLAHIL ‘AZHIIM.
SHOLAATAN DAA ‘IMATANM
BIDAWAAMILLAAHIL ‘AZHIIM.
TA’ZHIIMAL LIHAQQIKA YAA MAWLAANAA YAA MUHAMMAD
YAA
DZAL KHULUQIL ‘AZHIIM. WASALLIM ‘ALAYHI WA ‘ALAA AALIHII
MITSLA DZAALIK. WAJMA’
BAYNII WABAYNAHUU KAMAA JAMA’TA
BAYNAR RUUHI WANAFS, ZHOOHIROW WABAATHINAA,
YAQHZHOTAW WAMANAAMAA. WAJ’ALHU YAA ROBBI
RUUHAL LIDZAATII MIN JAMII’IL WUJUUHI
FID DUNYAA
QOBLAL AAKHIROTI YAA ‘AZHIIM.
Yaa Allah sesunggguhnya aku memohon
kepadaMu dengan cahaya Wajah Allah Yang Agung. Yang memenuhi tiang-tiang Arasy
Allah Yang Agung. Dan dengannya berdirilah alam-alam (ciptaan) Allah Yang
Agung. Agar shalawat tersampaikan atas pelindung kami, Muhammad SAW, yang
memiliki derajat yang Agung. Dan atas keluarga nabi Allah Yang Agung. Dengan
ukuran Keagungan Zat Allah yang Agung. Disetiap kedipan dan nafas, sebanyak apa
yang termaktub dalam Ilmu Allah Yang Agung. Shalawat yang sentosa dengan
Kekekalan Allah Yang Agung. (sebagai) pengagungan terhadap Haq (kebenaran)
engkau wahai Muhammad, yang memiliki akhlak (perangai) yang Agung. Dan salam
atas beliau SAW serta keluarganya, semisal yang demikian itu . dan satukanlah
aku dengan Beliau sebagaimana engkau satukan ruh dengan nafas, secara zhahir
dan batin, dalam keadaan terjaga (sadar) atau tidur (mimpi). Dan jadikanlah
beliau yaa Tuhanku, sebagai ruhani jiwaku, di setiap arah, didunia ini sebelum
(datangnya) hari akhir, wahai Zat yang memiliki Keagungan.
Tarekat Al-Idrisiyyah dinisbahkan kepada nama
Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 – 1837 M).
Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi
Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas’ud ad-Dabbagh Ra.
Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh
yang melahirkan berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena
beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan
kepadanya dan mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih
spesifik. Oleh karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki
hubungan yang erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah,
Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah,
Qadiriyyah. Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin
Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya
‘Salsabil Mu’in fi Tharaa-iqul Arba’iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini
mengilhami istilah Thariqah Mu’tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah
40).
Syekh Ahmad bin Idris berguru kepada Syekh Abdul
Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syekh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab
Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syekh Ahmad bin Idris kepada
murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang
diperolehnya dari Syekh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin,
dari Sayidina Ali Karramallahu Wajhah. Selain itu Beliau diajarkan seluruh
awrad Syadziliyyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir As. Namun
yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyyah adalah Shalawat
‘Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad Tarekat Al-Idrisiyyah terkenal sangat
ringkas, karena menggunakan jalur Nabi Khidhir As hingga Nabi Muhammad Saw.
Sedangkan jalur pengajaran syari’at Tarekat ini menggunakan jalur Syekh Abdul
Qadir al-Jailani Qs. hingga kepada Sayidina Hasan Ra.
Tarekat Al-Idrisiyyah yang dikenal di Indonesia
adalah Tarekat yang dibawa oleh Syekh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930,
yang sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyyah. Syekh al-Akbar Abdul Fattah
menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal
Abu Qubais, Mekah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Al-Idrisiyyah diteruskan oleh
Syekh Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini menekankan aspek lahir dan batin
dalam ajarannya. Penampilan lahiriyyah ditunjukkan oleh penggunaan atribut
dalam berpakaian. Kaum laki-laki berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan
berselendang hijau. Sedangkan kaum wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya
menjauhi perkara haram dan makruh seperti merokok. Adapun dalam aspek
peribadatannya senantiasa mendawamkan salat berjama’ah termasuk salat
sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat Al-Idrisiyyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia , karena banyak
berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyyah
Idrisiyyah atau Ahmadiyyah al-Idrisiyyah. Nama Ahmadiyyah diambil dari nama
depan Syekh Ahmad bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia , karena alasan politis
nama Tarekat Sanusiyyah berganti dengan nama Idrisiyyah. Mengingat pergerakan
Sanusiyyah saat itu telah dikenal oleh para penjajah Barat.
AWRAD DAN DZIKIR
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh
jama’ah Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba’da Maghrib hingga Isya dan
ba’da Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan
jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment
tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama ‘Hadiqatur
Riyahin’ yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari
berbagai amalan (awrad) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya.
Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
Membaca Al-Quran satu Juz,
Membaca Itighfar Shagir 100 kali,
Membaca Dzikir Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH
FII KULLI LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali,
Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa
syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli
syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad tambahan untuk bertaqaarub kepada Allah
adalah menunaikan salat tahajjud dan membaca Sholawat Azhimiiyyah sebanyak 70
kali sesudah ba’da Shubuh hingga terbit Fajar.
ALLAHUMMA SHALLI
WA SALLIM ALAA SAYIDINA MUHAMMADIN NABIYIIL UMMIY WA ALAA ALIHI WA SHAHBIHI
WASALIM BI ADADI SHALAWATULLAH WA ANBIYA’IHI WA RASULIHI WA MALAIKATIHI WA
AWLIYA’IHI, WA YANFA’UNA BIHAA MIN BARAKATIHIM WA ANWARIHIM WA ASRARIHIM WA
NAFAKHATIHIM WA ‘ALAA AWLADINA WA ABNAA’INA WA BANATINAA WA AHLI BAITINA WA
AHBABINA WA LIMAN AHABUHUM WA LIMAN AHSANA ILAYNA FIIKA FII DUNYA WAL AKHIRAH
BIRAHMATIKA YAA ARHAMAR RAHIMIN
Yaa Allah limpahkanlah shalawat dan salam
kepada Baginda Sayidina Muhammad Nabi yang Ummi dan kepada seluruh keluarga dan
sahabatnya, dengan shalawatnya Allah dan shalawatnya para Nabi, shalawatnya
para Rasul dan Shalawatnya para malaikat serta shalawatnya para Awliya-Nya,
yang memberikan kepada kita barakahnya, cahayanya, rahasianya, manfaatnya
kepada kita, anak cucu keturunan kita, keluarga kita, ahli bait kita, kecintaan
kita dan yang mencintai kita, dan orang-orang yang berbuat baik kepada kita
karena Allah di dunia dan akhirat, dengan rahmat dari Mu, Wahai Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.
Diijazahkan dan dihadiahkan dari Syekh al-Allamah
al-Arifbillah Al-Walid al-Habib Muhammad Lutfhi bin Ali bin Hasyim bin Yahya
Ba’Alawy. Shalawat luar biasa yang mencakup seluruh shalawat-shalawat yang ada,
yang manfaat serta barakahnya menyeluruh meliputi anak cucu keturunan dan
keluarga kerabat kita. Boleh di baca sekali, atau tiga kali. Beliau
menganjurkan untuk dibaca tujuh kali pagi dan sore/malam.
0 Response to "DUA SHOLAWAT MULTIFUNGSI"
Post a Comment