BismillahirRahmaanirRahiim
Setiap hari selama 24 jam dalam sehari semalam kita diwajibkan untuk sujud sebanyak 17 kali,
yakni menjalankan ibadah sholat fardhu 5 waktu. Itu yang paling minimal, bisa kita tambah dengan sujud-sujud di sholat sunnah pelengkap sholat fardhu. Jika kita sering melakukan
sholat-sholat sunnah maka tentu sujud kita dalam sehari semalam lebih dari 17
kali. Memperbanyak sujud dalam shalat adalah memperbanyak shalat itu sendiri
semisal dalam bentuk shalat sunnah. Sujud dapat menjadi salah satu cara untuk
melakukan menghapus dosa dengan membaca istghfar dalam sujud kita.
Sujud merupakan salah satu rangkaian dalam rukun shalat. Sujud berarti 'memuliakan', 'menghormati', 'tunduk dan patuh' kepada Allah SWT. Di dalam Islam, ada beberapa jenis sujud, yakni sujud sahwi (sujud yang dilakukan karena lupa dalam gerakan shalat), sujud syukur (sujud yang dilakukan sebagai tanda bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan-Nya) dan sujud tilawah (sujud yang dilakukan saat menjumpai ayat-ayat sajdah).
Sujud merupakan salah satu rangkaian dalam rukun shalat. Sujud berarti 'memuliakan', 'menghormati', 'tunduk dan patuh' kepada Allah SWT. Di dalam Islam, ada beberapa jenis sujud, yakni sujud sahwi (sujud yang dilakukan karena lupa dalam gerakan shalat), sujud syukur (sujud yang dilakukan sebagai tanda bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan-Nya) dan sujud tilawah (sujud yang dilakukan saat menjumpai ayat-ayat sajdah).
Dalam kaitan sujud tilawah, terdapat hadis yang artinya:
“Nafi'
dari Ibnu Umar meriwayatkan: Rasulullah saw membacakan untuk kami satu surat,
yakni surat As Sajdah, lalu Rasulullah saw sujud dan kamipun sujud bersamanya”
(HR.Bukhari dan Muslim).
Sujud dapat membuat manusia memiliki predikat Ibadurrahman atau hamba Tuhan yang maha penyayang dan akan mendapat jaminan masuk surga. Hal ini sebagai mana difirmankan oleh Allah SWT dalam Alquran Surat Al Furqan ayat 63-64 yang artinya: "Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, Salam, dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri".
Wajah yang kita sungkurkan ke
tanah untuk sujud kelak akan bercahaya pada hari kiamat. Bahkan anggota tubuh
yang biasa kita gunakan untuk bersujud kepada Allah tidak akan tersentuh
neraka.
Agar perintah sujud dapat kita laksanakan dengan penuh penghayatan, maka setiap kita perlu memahami apa makna atau hikmah dibalik perintah sujud kepada Allah swt. Di antaran hikmah sujud adalah sebagai berikut: sebagai wujud kepatuhan. Sujud yang secara harfiyah berarti patuh menunjukkan bahwa bila manusia sujud, berarti ia siap untuk menunjukkan kepatuhan dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga sebagaimana alam semesta sudah tunduk pada ketentuan Allah SWT.
Sebagaimana firmah Allah SWT:
Agar perintah sujud dapat kita laksanakan dengan penuh penghayatan, maka setiap kita perlu memahami apa makna atau hikmah dibalik perintah sujud kepada Allah swt. Di antaran hikmah sujud adalah sebagai berikut: sebagai wujud kepatuhan. Sujud yang secara harfiyah berarti patuh menunjukkan bahwa bila manusia sujud, berarti ia siap untuk menunjukkan kepatuhan dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga sebagaimana alam semesta sudah tunduk pada ketentuan Allah SWT.
Sebagaimana firmah Allah SWT:
وَلِلَّهِ
يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلالُهُمْ بِالْغُدُوِّ
وَالآصَالِ
Artinya
:
“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS. Ar Ra’d: 15).
“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS. Ar Ra’d: 15).
Sujudnya apa yang di langit dan di bumi berarti kepatuhannya memenuhi ketetapan Allah SWT yang berkaitan dengan alam semesta, bahkan bayang-bayangpun sujud untuk menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah swt terhadap alam raya ini.
Selain itu sebagai, tuntutan Iman dan ilmu. Orang yang berilmu dan mendasari penguasaan ilmunya itu dengan iman akan membuat ia selalu sujud kepada Allah SWT. Hal ini, karena ilmu memang akan mengantarkan seseorang kepada iman yang mantap mengingat betapa luas ilmu yang dimiliki Allah swt dan betapa sedikit ilmu yang bisa kita kuasai, ini semua akan membuat seorang mukmin harus selalu bersujud kepada Allah SWT
Namun, kenyataan menunjukkan, bahwa banyak manusia yang tidak mau sujud kepada Allah SWT. Itu karena kesombongannya dan keengganan mereka untuk tunduk pada perintah Allah. Kondisi ini akan membuatnya semakin jauh dengan ajaran yang datang dari Allah SWT. Padahal sebenarnya, mereka amat membutuhkannya.
Sujud termasuk ibadah yang teragung dan dicintai oleh Allah SWT. Ini karena, di dalamnya, terkandung kesempurnaan, penghinaan, dan perendahan diri kepada Allah SWT. Bagaimana tidak? Kepala merupakan anggota tubuh yang terletak paling atas dan ini kita sungkurkan ke tanah sebagai bentuk ketundukan kepada Sang Pencipta.
Suatu
hari salah seorang sahabat yang merupakan ahlus shuffah, Abu Firas radhiyallahu
‘anhu, bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nama asli Abu
Firas adalah Rabi’ah bin Ka’ab al Aslami. Bermalam (mabit) bersama Rasulullah
adalah kesempatan bagi para sahabat untuk menikmati shalat malam yang panjang
nan khusyu’ di belakang sang qudwah shallallhu ‘alaihi wa sallam. Sebelum
shalat, Abu Firas membawakan wadhu’ (air wudhu’ beserta tempatnya) dan beberapa
perlengkapan untuk beliau. Melihat kebaikan Abu Firas seperti ini, tidak lantas
Rasulullah diam saja. Beliau bukan sekedar berterima kasih dengan kata-kata,
bahkan beliau persilahkan Abu Firas untuk meminta sesuatu. “Salni…”, kata
Rasulullah. “Mintalah sesuatu kepadaku..”. Permintaan apa saja. Dan sebagaimana
kita tahu Rasulullah tidak pernah mengatakan “tidak”, selama beliau sanggup
penuhi permintaan tersebut.
Abu Firas radhiyallahu ‘anhu tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ini adalah kesempatan emas. Mungkin tak akan terulang kembali seumur hidup. Pernah ada salah seorang sahabat yang meminta pakaian baru kepada Rasulullah, hadiah istimewa dari salah seorang shahabiyyah. Pakaian tersebut waktu itu sedang beliau kenakan. Mendengar permitaan seperti itu, Rasullah pun masuk rumah, melipat, dan kemudian beliau berikan. Rupanya sahabat tadi ingin ber-tabarruk dengan menjadikan pakaian tersebut sebagai kain kafan. Pernah juga ada salah seorang Arab Badui yang meminta kambing sepenuh lembah yang ada di antara dua gunung. Rasulullah pun berikan. Abu Firas faham akan hal ini, Rasulullah tidak pernah menolak ketika dimintai sesuatu.
Abu Firas pun berfikir, permintan jenis apa yang kira-kira beliau sanggupi, dan bermanfaat hingga kelak di akhirat. Abu Firas memikirkan akhirat. Abu Firas tidak ingin meminta pakaian. Tidak pula kambing. Jangankan kambing, ratusan unta pun pernah Rasululllah berikan kepada Shafwan bin Umayyah putra dedengkot musyrikin Umayyah bin Khalaf, pasca perang Hunain. Abu Firas meminta satu hal yang teristimewa, untuk kelak di surga.
“As’aluka muraafaqataka fil jannah”. Aku ingin membersamaimu nanti di surga wahai Rasulullah. Pinta Abu Firas.
“Ada yang lain?”, tanya Rasulullah.
“Huwa dzaaka, hanya itu wahai Rasulullah”, jawab Abu Firas.
“Kalau begitu..”, kata Rasulullah menjawab permintaan istimewa dari Abu Firas ini,”..bantulah aku dengan memperbanyak sujud.”
Subhaanallah. Permintaan istimewa dari orang-orang istimewa, kepada manusia paling istimewa, harus dicapai dengan cara yang istimewa pula.
Sujud, Rasulullah sebut secara khusus. Rasulullah tidak menyebut kata shalat, tapi mengkhususkan kata sujud. Sebegitu istimewakah sujud itu?
Sujud adalah kondisi ketika manusia sedang merendah di hadapan Rabb-nya. Terbuat dari tanah, sedang menyungkur bersama anggota badannya di atas tanah. Bersama kepala, tangan, dan kaki, dan tentu saja bersama hati. Satu irama. Saat inilah seharusnya seorang hamba benar-benar merasa rendah di hadapan Rabb-nya Yang Maha Tinggi. Merasa kerdil. Merasa hina di hadapan Dzat Yang Maha Mulia.
Ibadah akan sempurna jika di saat yang sama terkumpul dua hal, seorang hamba merendahkan diri serendah-rendahnya, dan di saat yang sama mengagungkanNya setinggi-tingginya.
Sujud adalah saat dimana seorang hamba berada dalam kondisi paling dsekat dengan Allah. Sebagaimana Rasulullah:
Abu Firas radhiyallahu ‘anhu tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ini adalah kesempatan emas. Mungkin tak akan terulang kembali seumur hidup. Pernah ada salah seorang sahabat yang meminta pakaian baru kepada Rasulullah, hadiah istimewa dari salah seorang shahabiyyah. Pakaian tersebut waktu itu sedang beliau kenakan. Mendengar permitaan seperti itu, Rasullah pun masuk rumah, melipat, dan kemudian beliau berikan. Rupanya sahabat tadi ingin ber-tabarruk dengan menjadikan pakaian tersebut sebagai kain kafan. Pernah juga ada salah seorang Arab Badui yang meminta kambing sepenuh lembah yang ada di antara dua gunung. Rasulullah pun berikan. Abu Firas faham akan hal ini, Rasulullah tidak pernah menolak ketika dimintai sesuatu.
Abu Firas pun berfikir, permintan jenis apa yang kira-kira beliau sanggupi, dan bermanfaat hingga kelak di akhirat. Abu Firas memikirkan akhirat. Abu Firas tidak ingin meminta pakaian. Tidak pula kambing. Jangankan kambing, ratusan unta pun pernah Rasululllah berikan kepada Shafwan bin Umayyah putra dedengkot musyrikin Umayyah bin Khalaf, pasca perang Hunain. Abu Firas meminta satu hal yang teristimewa, untuk kelak di surga.
“As’aluka muraafaqataka fil jannah”. Aku ingin membersamaimu nanti di surga wahai Rasulullah. Pinta Abu Firas.
“Ada yang lain?”, tanya Rasulullah.
“Huwa dzaaka, hanya itu wahai Rasulullah”, jawab Abu Firas.
“Kalau begitu..”, kata Rasulullah menjawab permintaan istimewa dari Abu Firas ini,”..bantulah aku dengan memperbanyak sujud.”
Subhaanallah. Permintaan istimewa dari orang-orang istimewa, kepada manusia paling istimewa, harus dicapai dengan cara yang istimewa pula.
Sujud, Rasulullah sebut secara khusus. Rasulullah tidak menyebut kata shalat, tapi mengkhususkan kata sujud. Sebegitu istimewakah sujud itu?
Sujud adalah kondisi ketika manusia sedang merendah di hadapan Rabb-nya. Terbuat dari tanah, sedang menyungkur bersama anggota badannya di atas tanah. Bersama kepala, tangan, dan kaki, dan tentu saja bersama hati. Satu irama. Saat inilah seharusnya seorang hamba benar-benar merasa rendah di hadapan Rabb-nya Yang Maha Tinggi. Merasa kerdil. Merasa hina di hadapan Dzat Yang Maha Mulia.
Ibadah akan sempurna jika di saat yang sama terkumpul dua hal, seorang hamba merendahkan diri serendah-rendahnya, dan di saat yang sama mengagungkanNya setinggi-tingginya.
Sujud adalah saat dimana seorang hamba berada dalam kondisi paling dsekat dengan Allah. Sebagaimana Rasulullah:
أقرب ما يكون
العبد من ربه وهو ساجد
“Kondisi
saat seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang
bersujud.” (HR Muslim)
“Sujud adalah..”, kata Ibnul Qayyim ketika menjelaskan rahasia di balik ibadah shalat, “..’ubudiyyah yang paling penting dalam shalat, dan yang paling krusial dibandingkan rukun-rukun yang lainnya. Oleh karena itu, sujud dijadikan sebagai penutup. Sedangkan rukuk dan ritual-ritual yang lain sebelumnya, diumpamakan sebagai pembuka dan pelengkap.”
Inilah salah satu hikmah, mengapa Rasulullah perintahkan kita agar bersungguh sungguh memanjatkan do’a saat bersujud. Sujud, identik dengan thawaf dalam ibadah haji. Thawaf juga kondisi ketika seorang hamba sedang berada pada kondisi sangat dekat dengan Allah dan disunnahkan memperbanyak do’a. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah atsar dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. Saat itu ada yang hendak melamar putrinya ketika beliau sedang thawaf. Beliau diam saja hingga selesai thawaf, kemudian beliau katakana:
“Sujud adalah..”, kata Ibnul Qayyim ketika menjelaskan rahasia di balik ibadah shalat, “..’ubudiyyah yang paling penting dalam shalat, dan yang paling krusial dibandingkan rukun-rukun yang lainnya. Oleh karena itu, sujud dijadikan sebagai penutup. Sedangkan rukuk dan ritual-ritual yang lain sebelumnya, diumpamakan sebagai pembuka dan pelengkap.”
Inilah salah satu hikmah, mengapa Rasulullah perintahkan kita agar bersungguh sungguh memanjatkan do’a saat bersujud. Sujud, identik dengan thawaf dalam ibadah haji. Thawaf juga kondisi ketika seorang hamba sedang berada pada kondisi sangat dekat dengan Allah dan disunnahkan memperbanyak do’a. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah atsar dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma. Saat itu ada yang hendak melamar putrinya ketika beliau sedang thawaf. Beliau diam saja hingga selesai thawaf, kemudian beliau katakana:
أتذكر أمرا
من أمور الدنيا ونحن نتراءى الله في طوافنا
“Tidak
pantas aku mengingat urusan dunia sementara kita melihat Allah dalam thawaf
kita”
Terkait ibadah yang bernama sujud ini, Syaikhul Islam menjelaskan bahwa yang bisa bersujud bukan hanya fisik saja. Bukan sekedar anggota badan. Hati juga bisa bersujud. Bagaimana jika hati telah bersujud? Beliau katakan dalam Majmu’ Fatawa: “Demi Allah, ia adalah sebentuk sujud yang tidak akan pernah berhenti dan mengangkat kepalanya hingga ia bertemu dengan Allah ta’ala.”
Allahumma a’innaa ‘ala dzikrika wsyukrika, wahusni ‘ibaadatika.
Terkait ibadah yang bernama sujud ini, Syaikhul Islam menjelaskan bahwa yang bisa bersujud bukan hanya fisik saja. Bukan sekedar anggota badan. Hati juga bisa bersujud. Bagaimana jika hati telah bersujud? Beliau katakan dalam Majmu’ Fatawa: “Demi Allah, ia adalah sebentuk sujud yang tidak akan pernah berhenti dan mengangkat kepalanya hingga ia bertemu dengan Allah ta’ala.”
Allahumma a’innaa ‘ala dzikrika wsyukrika, wahusni ‘ibaadatika.
Allahu Akbar
0 Response to "Keutamaan Sujud "
Post a Comment